#07_Islam Adalah Agama Yang Mudah


______________________________________

Islam agama yang toleran, mudah..

“Jauhilah oleh kalian sikap berlebih-lebihan dalam agama, karena sesungguhnya orang-orang sebelum kalian binasa karena sikap berlebih-lebihan dalam agama.”
(HR. Ahmad, An-Nasai dan lain-lain)

“Allah menghendaki kemudahan bagi kalian dan tidak menghendaki kesukaran bagi kalian.” 
(QS. Al-Baqarah [2]: 185)

Alloh Maha Penyayang dan Maha Lembut, memberikan kemudahan untuk hambanya. 
Alloh memberikan beban kepada hambanya sesuai kesanggupan manusia normal.

Dan bagaimana dakwah itu pertama menyentuh hati orang sebelum menyentuh akalnya.
Dan sentuhan itu adalah bukan dengan dalil, tapi dengan pergaulan, akhlak

:::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::

Pembahasan
Semua hal itu, wahai saudara-saudaraku, adalah bukti kebenaran sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
«هَلَكَ الْمُتَنَطِّعُونَ» قَالَهَا ثَلَاثًا
Binasalah orang-orang yang melampaui batas.” Beliau bersabda demikian sebanyak tiga kali. (HR. Muslim, Ahmad dan Abu Daud)

Pengarang An-Nihayah fi Gharibil Hadits berkata, “Mereka adalah orang-orang yang suka berlebih-lebihan dalam berbicara, orang-orang yang berbicara dengan ujung kerongkongan mereka. Kata ini diambil dari kata dasar an-nath’ yang merupakan celah (lubang) bagian atas mulut, kemudian istilah ini dipergunakan untuk menyebut setiap hal yang berlebih-lebihan, baik berupa ucapan maupun perbuatan.”

Para ulama menyatakan bahwa sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam merupakan sebuah berita ataupun sebuah doa. Jika ia berupa doa, maka doa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pasti akan dikabulkan Allah. Adapun jika ia berupa berita, maka berita Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pasti benar, tidak dusta. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memberitahukan bahwa mereka akan binasa, maka pasti hal itu akan terjadi. Kita berlindung kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dari hal itu.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّ الدِّينَ يُسْرٌ، وَلَنْ يُشَادَّ الدِّينَ أَحَدٌ إِلَّا غَلَبَهُ

Sesungguhnya agama ini mudah dan tidak ada seorang pun yang memberat-beratkan diri dalam agama, melainkan agama akan mengalahkannya.” (HR. Bukhari dan An-Nasai)

Maksudnya, agama pasti mengalahkannya, sehingga manusia menjadi kalah, tidak sanggup mengemban dan melaksanakan agama ini. Kenapa? Karena ia memberat-beratkan diri dalam agama, maksudnya ia mengambil dan menerima agama ini dengan keras, ia berusaha untuk mengalahkan agama agar ia bisa kuat (keras) dalam agama dan bersama agama, padahal Islam adalah agama yang mudah, gampang dan toleran.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

وَإِيَّاكُمْ وَالْغُلُوَّ فِي الدِّينِ، فَإِنَّمَا أَهْلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمُ الْغُلُوُّ فِي الدِّينِ

Jauhilah oleh kalian sikap berlebih-lebihan dalam agama, karena sesungguhnya orang-orang sebelum kalian binasa karena sikap berlebih-lebihan dalam agama.”(HR. Ahmad, An-Nasai dan lain-lain)

Lihatlah, bagaimana Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memberitahukan bahwa sebab kehancuran umat-umat terdahulu adalah mereka berlebih-lebihan dalam agama.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:

بُعِثْتُ بِالْحَنِيفِيَّةِ السَّمْحَةِ

Aku diutus dengan agama yang lurus dan toleran.”(HR. Ahmad dan Ath-Thabarani)

Islam adalah agama yang toleran, mudah dan gampang. Dalam agama Islam tidak ada kesulitan yang di luar kesanggupan manusia normal, yang menyebabkan seorang muslim berada dalam kesempitan dan kesukaran, kelelahan. Hal itu sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

وَجَاهِدُوا فِي اللَّهِ حَقَّ جِهَادِهِ هُوَ اجْتَبَاكُمْ وَمَا جَعَلَ عَلَيْكُمْ فِي الدِّينِ مِنْ حَرَجٍ مِلَّةَ أَبِيكُمْ إِبْرَاهِيمَ هُوَ سَمَّاكُمُ الْمُسْلِمِينَ مِنْ قَبْلُ وَفِي هَذَا لِيَكُونَ الرَّسُولُ شَهِيدًا عَلَيْكُمْ وَتَكُونُوا شُهَدَاءَ عَلَى النَّاسِ فَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ وَاعْتَصِمُوا بِاللَّهِ هُوَ مَوْلَاكُمْ فَنِعْمَ الْمَوْلَى وَنِعْمَ النَّصِيرُ

Dan berjihadlah kalian pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya. Dia telah memilih kalian (menjadi orang-orang berima  yang memiliha kalian menjadi seorang muslim dilahirkan dari bapak-ibu yang muslim, dari lingkungan yang mayoritasnya muslim, itu sebuah karunia dari Allah. Jika Allah lahirkan kita di Manado misalkan, lain ceritanya. Bapak-ibu kristen, lingkungannya kristen bisa-bisa kita seusia sampai dewasa sekarang masih jadi orang kristen) dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kalian dalam agama suatu kesempitan (baik dalam masalah aqidah, ibadah, akhlak, perundang-undangan, pribadi, keluarga, dll)(Ikutilah) agama orang tuamu Ibrahim. Dia (Allah) telah menamai kalian sekalian orang-orang muslim dari dahulu, dan (begitu pula) dalam (Al-Qur'an) ini, supaya Rasul itu menjadi saksi atas diri kalian dan supaya kalian semua menjadi saksi atas segenap manusia, maka dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan berpegang teguhlah kalian pada tali Allah. [ dalam Al Qur’an itu ada 2, wa’tasimu billah dan wa’tasimu bi khablillah. Masing-masing ada pengertiannya sendiri.Jika kita baca dalam Madarijus Shalihin, dari sekian puluh madrat/ anak tangga menuju ridha Allah/ penghambaan kepada Allah bahwa salah satu tangganyanamanya manzilatul i’tisham, bisa dibaca sendiri ]Dia adalah Pelindung kalian, maka Dialah sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong. (QS. Al-Hajj [22]: 78)

Dan firman-Nya:
يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ

“Allah menghendaki kemudahan bagi kalian dan tidak menghendaki kesukaran bagi kalian.” (QS. Al-Baqarah [2]: 185)

Kalau ada kesulitan/ kesempitan berarti kitanya yang mesti keliru, menyalahi, bukan agamanya. Karena se-masyaqqoh apapun dalam Islam ini, termasuk jihad, amar ma’ruf nahi munkar, dll itu masih dalam tahap/taraf kemampuan manusia untuk memikulnya. Allah buat banyak keringanan-keringanan termasuk dalam masalah jihad. Ada dalam QS. Al Anfal disebutkan bahwa masa kuat disebutkan 1:10, tapi kalau masa lemah 1:2. Ada ayat lagi yang lebih awal lagi tentang boleh mundur untuk nyusun kekuatan untuk bergabung untuk induk pasukan. Ada lagi tentang bolehnya mengadakan genjatan senjata/ perjanjian damai kalau maslahat menuntut begitu.

Dan masih banyak keringanan-keringanan dalam agama ini. Dan jika jihad ini dirasa diluar kemampuan kita maka pasti yang salah bukan jihadnya, tapi kita yang salah memahami syariat jihad. Termasuk juga amar ma’ruf nahi munkar, ada amar ma’ruf yang harus dikerjakan, ada yang harus ditinggalkan, ada yang disunnahkan, dan ada yang menjadi perbedaan pendapat boleh ataukah tidak boleh yang sudah dibahas oleh para ulama dalam maslah fiqih. Maka kesempitan dalam masalah agama ini sebetulnya tidak ada sama sekali.

يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ

“Allah menghendaki kemudahan bagi kalian dan tidak menghendaki kesukaran bagi kalian.” (QS. Al-Baqarah [2]: 185)

Ada pengulanagn dalam hadits diatas, artinya tekanan yang menguatkan kalimat sebelumnya, disebutkan oleh para ulama, mungkin mirip dengan hadits “yassira wa laa tu assiru..”_Berilah kemudahan, mengapa setelah lafal “berilah kemudahan” ada lagi “wa laa tu assiru, dan jangan mempersulit”. Karena jika perintahnya “yassiru saja”, disebutkan oleh Imam Nawawi dalam Syarah Shahih Muslim bahwa jika perintahnya sekali saja maka orang nati akan memberi kemudahan sekali-dua kali, setelah itu mempersulit. Tapi setelah “yassiru” ditambah lagi perintahnya “wa laa tuassiru, janga dipersulit” maka orang tidak akan ada peluang untuk mempersulit. Seperti juga “bashira wa laa tu naffiru”, berilah kabar gembira dan jangan membuat orang lari. Jika perintahnya “berilah kabar gembira” saja, satu-dua-tiga empat kali pertemuan membuat orang tertawa, habis itu buat orang bubar, maka digandengkan. Sama seperti “yuridullahu bi kumuyusra” habis itu masih ditekankan lagi ada kalimat “wa laa yuridullahu bi kumuyyusra”.

 Dan firman-Nya:
وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ لَأَعْنَتَكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ

Dan jika Allah menghendaki, niscaya Dia dapat mendatangkan kesulitan kepada kalian. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.(QS. Al-Baqarah [2]: 220)

Dua sifat yang kalau kita baca dari kalau tidak salahh muqadimah atau bagian akhir tafsirnya Syaikh Assa’di . Ada kaidah-kaidah yang memudahkan kita untuk memahami Al Qur’an. Salah satunya kaidah dalam memahami nama-nama dan sifat Allah dalam Al Qur’an. Bagaimaana Allah itu memilih nama dan sifat digandeng-gandengkan, untuk kondisi begini maka nama dan sifat yang dipakai seperti ini. Seperti dalam ayat ini “Al ‘Aziz_Maha Kuat/ Maha Memiliki Izzah? Kekuatan Sepenuhnya” tapi juga digandengkan denngan “Al Hakim_Hikmah/ menempatkan segala sesuatu pada tempatnya yang layak”. Jadi jika digabungkan bagaimana Allah itu dengan kekuasaannya tidak sewenang-wenang, tapi Allah tempatkan segala sesuatunya pada posisinya yang sesuai.

Maksudnya niscaya Allah akan mencampakkan kalian dalam al-‘anat, yaitu kesempitan, kesulitan dan beban berat yang mengalahkan kemampuan kalian. Namun Allah tidak melakukan hal itu kepada kalian. Allah Maha Penyayang lagi Maha Lembut, memberikan kemudahan kepada kalian, Allah tidak membebani kalian kecuali amal-amal kalian sanggupi dalam kondisi normal manusia. Maka segala puji hanya milik Allah Rabb seluruh alam.

Dalam hadits dikisahkan ada seorang pengemis perempuan dengan membawa 2 orang anaknya datang kepada ‘Aisyah untuk minta sedekah. Dan ‘Aisyah adanya Cuma beberapa biji kurma dan dikasihkan. Bagaimana anak-anaknya itu sudah dikasih dan ibunya pegang satu, masih dia bagi untuk kedua anaknya. Menggambarkan lembut kasih-sayangnya seperti itu seorang ibu. Dan kasih sayang serta kelembutan Allah kepada hamba-Nya itu lebih dari kasih sayang serta kelembutan ibu kepada anak-anaknya itu. Dan saking lembutnya itu, Allah memberi kesempatan sekian panjangnya kepada hambanya itu untuk bertaubat sampai pintu taubat itu dibuka membentang dari timur sampai ke barat, dan baru ditutup sampai matahari terbit dari barat.

Untuk makna Rabb yang paling menonjol adalah tarbiyah, menjadikan sesuatu secara bertahap dari kondisi ke kondisi lain sampai taraf sempurna, diawasi, dirawat. Sebagaimana dijelaskan bagaimana orang tua itu mendidik anaknya itu dari dalam kandungan, sampai dia besar, sampai nikah, bahkan sampai habis nikahpun masih tetap diurus. Seperti itu juga Allah, namun Allah lebih mulia dan sempurna pendidikan-Nya dalam mengurus seluruh makhluk-Nya. “Dialah Allah yang telah menciptakan kemudian menyempurnakan ciptaan-Nya, kemudian Allah tetapkan kebutuhan seluruh makhluk-Nya dan Allah beri hidayah kepada mereka semua untuk mencapai semua yang mereka butuhkan dalam hidup.

Dan firman-Nya:
وَاعْلَمُوا أَنَّ فِيكُمْ رَسُولَ اللَّهِ لَوْ يُطِيعُكُمْ فِي كَثِيرٍ مِنَ الْأَمْرِ لَعَنِتُّمْ

“Dan ketahuilah oleh kalian bahwa di kalangan kalian ada Rasulullah. Kalau ia menuruti (kemauan) kalian dalam beberapa urusan niscaya kalian benar-benar akan mendapat kesusahan.”(QS. Al-Hujurat [49]: 7) maksudnya niscaya kalian terjatuh dalam al-‘anat, yaitu kesempitan dan kesusahan yang sangat berat. Allah kemudian berfirman:

وَلَكِنَّ اللَّهَ حَبَّبَ إِلَيْكُمُ الْإِيمَانَ وَزَيَّنَهُ فِي قُلُوبِكُمْ وَكَرَّهَ إِلَيْكُمُ الْكُفْرَ وَالْفُسُوقَ وَالْعِصْيَانَ أُولَئِكَ هُمُ الرَّاشِدُونَ

“Akan tetapi Allah menjadikan kalian cinta kepada keimanan dan menjadikan iman itu indah dalam hati kalian serta menjadikan kalian benci kepada kekafiran, kefasikan dan kedurhakaan. Mereka itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus.”(QS. Al-Hujurat [49]: 7)

Sebenarnya kita beriman ini nikmat berkali-kali dari Allah, bahkan jika orang  berbuat dosapun disebutkan oleh para ulama bahwa seorang hamba itu dikelilingi oleh 2 nikmat dari Allah meski ketika dia berbuat dosa sekalipun. Yaitu nikmat ditunjukkan jalan untuk bertaubat dan nikamt untuk diterima taubatnya. Masya Allah..

“Allah jadikan kalian cinta kepada keimanan”, jadi sebenarnya hati kita, cinta kita kepada keimanan itu mungkin kecil, namun Allah-lah yang menjadikan hati kita dari hari ke hari cinta kepada keimanan bisa membesar. Allah hiasi, nampakkan indah keimanan itu dalam hati kalian. Ini juga nikmat tersendiri, sebenarnya yang hhebat itu bukan amal kita, bukan taklim kita, tapi Allah-lah yang memberikan hidayah kepada kita. Allah-lah yang enjadikan iman itu terasa manis dan indah dalam hati kita.

Maka ada seorangg ulama ikhwanul muslimin di Mesir itu, Syaikh Abbas as Sisi, mengarang buku dalam bahasa arab judulnya “Aththariq ilal Qulub”_Jalan Menuju Hati, bagaimana cara kita berdakwah itu bisa mendekati, menyentuh hati orang sebelum menyentuh akal sehat orang. Bagaimana masuk ke hati duluan, karena hati itu adalah pusat, markas, komandonya badan. Kalau hati sudah bisa menerima, tidak logispun akan diterima. Seperti Gusdur itu, pengikutnya sudah senang duluan, Gus Dur mau ngomong apapun akan diterima. Kita kritik apapun mmaka kritikan kita itu masuknnya ke otak, pikiran, logis-tidak logis, jika hati tidak bisa terima maka akan berat. Maka bagaimana dakwah itu yang pertama kita sentuh hatinya, dan sentuhannya itu bukan dengan dalil biasanya, tapi dengan hal-hal yang berkesaan seperti pergaulan, akhhlak, dll maka itu akan membekas. Lain dengan logika, pikiran, ini matematika yang berbicara. Disebutkan oleh beliau kisah-kisah bahwa apa yang kita usahakan ini adalah bagaimana mengenalkan iman ke dalam hati mereka. Kalau manusia itu sudah merasakan sedikit saja manisnya iman maka dia tidak akan berat menjalankan agama ini, bahkan dia akan sanggup mengorbankan apapun untuk agama ini. Makin tinggi manisnya iman dalam hati dia maka akan makin kuat juga pengorbanannya terhadap Islam. Orang rela meninggalkan keluarganya, bisnisnya, curahkan hartanya, nyawanya untuk islam itu ketika dia merasakan dalam hatinya bahwa apa yang dia kerjakan itu manis. Sampai ada nashidnya pada zaman ‘48nan, zaman-zaman Syaikh Hasan alBanna atau periode setelahnya itu menghasung umat Islam di Mesir untuk membantu Palestina. Nashidnya “min ajlika yaa Fajr al Islam”_untukmu wahai terbitnya kemenangan Islam, “kamtahlu fii darbil alam”_ betapa manisnya di jalan perjuangan ini segala bentuk derita/ kesusahan.

serta Allah menjadikan kalian benci kepada kekafiran, kefasikan dan kedurhakaan. Masya Allah, jadi bukan kita yang sebenarnya membenci, tapi Allah yang karuniakan nikmat kepada kita kebencian kepada kekufuran, kefasikan, dan kemaksiatan.

QS. Al Hujurat ini surat yang banyak mengingatkan umat Islam akan nikmat Allah. Kalian masuk Islam itu bukan sesuatu yang perlu kalian banggakan, kalian ungkit-ungkit. Islam ini karunia Allah kepada kalian, maka pujilah Allah dan jangan kalian banggakan keislaman kalian, hijrah kalian, i’dad kalian, jihad kalian, amar ma’ruf nahi munkar kalian

Ayat-ayat Al-Qur’an dan hadits-hadits nabawi tentang hal ini sangat banyak dan telah dikenal luas. Segala puji bagi Allah.

Maksudnya adalah memberi peringatan kondisi orang-orang tersebut dengan menyebutkan contoh-contoh yang semisal dengan mereka dan memberitahukan kepada saudara-saudara kita, orang-orang yang baik tentang kondisi kelompok tersebut yang buruk dan kejelekan akhir kondisi mereka, juga berbagai kontradiksi yang dalam banyak kondisi bisa menyebabkan mereka terjatuh dalam kekafiran secara terang-terangan, melesat keluar secara terang-terangan dari (ketaatan) dalam agama kepada kefasikan dan kemaksiatan secara terang-terangan.

Sudah berkali-kali dijelaskan di depan bahwa orang-orang ini terkadang sangat mudah bicara masalah urusan nyawa, harta, dan kehormatan orang lain. Jangankan sekarang, zaman generasi sahabat saja mereka bisa membunuh sahabat. Abdullah bin Khabab, dia dengan istrinya yang baru hamil jalan melewati daeerah mereka, Haururo Ahwan, Irak. Bertemu dengan mereka, di cegat, ditanya dulu aqidahnya, bagaimana sikapnya terhadap ‘Utsman, bagaimana pendapatnya tentang ‘Aisyah, Thalhah bin Ubaidillah, Zubair bin Awam, Muawiyyah, ‘Ali bin Abi Thalib. Dan mereka menjaawab –intinya-mereka itu para saahabat yang mmulia, Allah sudah meridhai mereka dan merekapun ridha pada Allah dan jawaban lainnya. Jawaban itu tidak memuaskan mereka dan akhirnya mereka dikafirkan, disesatkan dan dibunuh. Tapi giliran dengan orang-orang ahlul kitab, orang Yahudi dan Nasrani punya babi mereka langsung bunuhi, tapi habis itu menyesal karena mereka pikir itu milik orang lain akhirnya malah mambayar ganti rugi.


::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::

Teks Arab :

فصــــلٌ

وكل ذلك -أيها الإخوة- مصداقٌ لحديث النبي صلى الله عليه وسلم: "هلك المتنطعون" قالها ثلاثا صلى الله عليه وآله وسلم. (رواه مسلم وأحمد وأبي داود).
قال في النهاية في غريب الحديث: "هم المتعمقون المغالون في الكلام المتكلمون بأقصى حلوقهم، مأخوذ من النطع وهو الغار الأعلى من الفم، ثم استعمل في كل تعمق قولا وفعلا"اهـ
قال العلماء: وهذا إما أن يكون دعاء أو خبراً، فإن كان دعاء فدعاؤه صلى الله عليه وسلم مستجاب، وإن كان خبراً فخبره صدق وحق لا يتخلف، فقد أخبر أنهم هالكون لامحالة.! والعياذ بالله.
وقال صلى الله عليه وسلم: "إن هذا الدينَ يسرٌ ولن يشادّ الدينَ أحدٌ إلا غلبه"(رواه البخاري والنسائي)، أي إلا غلبه الدينُ، فيصير الإنسان مغلوبا، لا يقدر على حمل هذا الدين والقيام به، لماذا؟ لأنه شادّ الدين أي أخذه وتناوله وتعاطاه بالشدة وحاول أن يغلبَ الدينَ ويكون شديدا فيه ومعه، مع أنه دينٌ يسرٌ سهلٌ سمحٌ.
وقال صلى الله عليه وسلم: "إياكم والغلو في الدين فإنما هلك من كان قبلكم بالغلو في الدين" (رواه أحمد والنسائي وغيرهما). فانظر كيف أخبر النبي صلى الله عليه وسلم أن سبب هلاك من قبلنا من الأمم غلوهم في دينهم.
وقال صلى الله عليه وسلم: "بعثتُ بالحنيفية السمحة"(رواه أحمد والطبراني)، فهو دينٌ سمحٌ سهل يسير، ليس فيه مشقة خارجة عن المعتادِ بحيث توقع المسلم في حرج وضيق وتعنّتٍ.. كما قال الله عز وجل وتبارك وتعالى:
﴿وَجَاهِدُوا فِي اللَّهِ حَقَّ جِهَادِهِ هُوَ اجْتَبَاكُمْ وَمَا جَعَلَ عَلَيْكُمْ فِي الدِّينِ مِنْ حَرَجٍ مِّلَّةَ أَبِيكُمْ إِبْرَاهِيمَ هُوَ سَمَّاكُمُ الْمُسْلِمينَ مِن قَبْلُ وَفِي هَذَا لِيَكُونَ الرَّسُولُ شَهِيداً عَلَيْكُمْ وَتَكُونُوا شُهَدَاء عَلَى النَّاسِ فَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ وَاعْتَصِمُوا بِاللَّهِ هُوَ مَوْلَاكُمْ فَنِعْمَ الْمَوْلَى وَنِعْمَ النَّصِيرُ﴾ الحج78
وقال: ﴿يريد الله بكم اليسرَ ولا يريد بكم العسر﴾.
وقال عز وجل: ﴿ولو شاءَ الله لأعنتكم إن الله عزيزٌ حكيم﴾ أي لأوقعكم في العنت وهو الضيق والشدة والمشقة العظيمة القاهرة، أي ولكنه لم يفعل بل كان بكم رحيما لطيفا يسّر عليكم ولم يكلفكم إلا ما تطيقون من الأعمال في معتاد أحوال البشر، والحمد لله رب العالمين.
وقال تعالى: ﴿وَاعْلَمُوا أَنَّ فِيكُمْ رَسُولَ اللَّهِ لَوْ يُطِيعُكُمْ فِي كَثِيرٍ مِّنَ الْأَمْرِ لَعَنِتُّمْ﴾ أي لوقعتم في العنت وهو الضيق والشدة الشديدة ﴿وَلَكِنَّ اللَّهَ حَبَّبَ إِلَيْكُمُ الْإِيمَانَ وَزَيَّنَهُ فِي قُلُوبِكُمْ وَكَرَّهَ إِلَيْكُمُ الْكُفْرَ وَالْفُسُوقَ وَالْعِصْيَانَ أُوْلَئِكَ هُمُ الرَّاشِدُونَ﴾ الحجرات7
والآيات والأحاديث في هذا المعنى كثيرة معروفة والحمد لله.

والمقصود التحذير من حال هؤلاء بضرب الأمثال، وتعريف إخواننا الطيبين سوءَ أحوالهم ووخامة مآلهم، وما يحتوون عليه من تناقضات تؤدي بهم إلى الكفر الصريح في كثير من الأحيان، وإلى المروق الصريح من الدين بالفسوق والعصيان الواضح.

About

Here you can share some biographical information next to your profile photo. Let your readers know your interests and accomplishments.