#32_Siapakah Abu Maryam al Mukhlif?


Download File Audio Kajian (.rm)

_______________________________


Biografi singkat beberapa tokoh khowarij :





Imran bin Hithan
Qutray bin Fuja-ah
Nafi’ al-Azraq
Najdah al-Haruri 
Syukri Musthafa
Ahmad al-Jazairi 

Seorang ulama, penghafal qur'an, hadits tdk menjamin lurus pemahamannya. Karena yg diperlukan tak hanya mengetahui ayat dan hadits, namun juga cara pemahamannya 

::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::

Pada pertemuan yang lalu sudah kita bahas point yang ke-7 untuk membentengi diri kita dari pengaruh pemahaman menyimpang Abu Maryam al Mukhlif dan yang semisalnya. Yaitu hendaknya kita mengenal jati diri mereka seperti apa, mengenal ilmunya seperti apa, akhlaknya seperti apa, dsb.
Disebutkan oleh Syaikh ‘Athiyatullah bahwa mereka itu kaum yang jahil (tidak berilmu, atau berilmu tapi tidak matang) dan kadzib (sering berdusta).

Andaikata Abu Maryam Al-Mukhlif memang benar telah menuntut ilmu, ahli di bidang ilmu, menghafal kitab-kitab matan dan menguasai syarh-syarh, andaikata hal itu memang benar, maka Abu Maryam Al-Mukhlif tidak lebih pandai daripada Imran bin Hithan, Qutray bin Fuja-ah, Nafi’ Al-Azraq, Najdah Al-Haruri dan orang-orang seperti mereka dari kelompok Khawarij yang muncul pada periode akhir generasi sahabat radhiyallahu ‘anhum. Golongan khawarij yang muncul pada akhir-akhir zaman Sahabat radhiyallahu’anhum. Mereka diperangi oleh Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu dan para pemimpin Islam sepeninggalnya. Abu Maryam Al-Mukhlif bahkan juga tidak lebih pandai daripada Syukri Musthafa dan para pengikutnya.[1] Bahkan maksimal Abu Maryam Al-Mukhlif itu selevel dengan dokter Ahmad Al-Jazairi yang telah kita kenal di Afghanistan dan Peshawar![2]  

Dalam paragraf di atas, Syaikh ‘Athiyatullah menyebutkan andaikata benar bahwa dia seorang ulama, belajar ilmu sampai jadi orang yang ahli, hafal matan, menekuni syarh-syarh matan tadi, menguasai berbagai cabang ilmu, maka kemampuan dia tidak lebih dari tokoh-tokoh khawarij lainnya yang muncul pada akhir zaman generasi Sahabat, yang diperangi oleh ‘Ali radhiallahu’anhu dan para khalifah sesudahnya. Mugkin untuk mengenal orang-orang yang disebutkan oleh Syaikh ‘Athiyatullah itu siapa maka kita perlu membaca sejarah. Dan memang jika kita baca sejarahnya, yang disebutkan beliau itu adalah contoh-contoh tokoh khawarij pada zaman Daulah Umawiyah, diperangi oleh para khalifah Bani Umayyah. Mereka seperti :

1.      Imran bin Hithan

Nama lengkapnya adalah Imran bin Hitan bin Thubyan as Sadusi. Meninggal tahun 84H, pada masa pemerintahan ‘Abdul Malik bin Marwan.

a.      Ibnu Katsir dalam Al Bidayah wan Nihayah Juz 12 halaman 352 mengatakan, “Dulunya dia seorang ahlussunnah wal jama’ah lalu menikah dengan seorang wanita khawarij. Seorang wanita khawarij yang memang cantik, dan Imran bin Hitan sangat mencintai istrinya itu. Sementara Imran bin Hitan secara wajah dia sangat buruk, maka di awal nikah dia bermaksud untuk menyadarkan si wanita itu untuk kembali kepada ahlussunnah wal jama’ah. Kemudian istrinya ternyata tidak mau, maka kemudian Imran bin Hitan akhirnya menjadi khawarij seperti istrinya. Dan sungguh Imran bin Hitan adalah salah seorang penyair yang hebat dan dialah penyair yang menggubah sebuah syair tentang pembunuhan terhadap ‘Ali bin Abi Thalib dan orang yang membunuhnya.”

Kita ingat dalam kitab-kitab sejarah disebutkan bahwa ‘Abdurrahman bin Muljam dulunya juga seorang ahlussunnah. Nikah dengan wanita khawarij maharnya ingin kepalanya ‘Ali bin Abi Thalib, akhirnya dia bunuh ‘Ali. Dan Imran bin Hitan inilah penyair yang menggubah syair  yang memuji peristiwa pembunuhan terhadap ‘Ali, dan dia memuji setinggi langit ‘Abdurrahman bin Muljam. “Syairnya itu :

Duhai sebuah pukulan dari orang yang bertakwa
Yang tidak menghendaki kecuali untuk mencapai ridhaNya
Sesungguhnya aku benar-benar mengenang dia pada suatu hari
Yang aku yakini bahwa dia adalah makhluk yang paling sempurna timbangan amalnya di sisi Allah
Alangkah mulianya sebuah kaum yang kuburan mereka adalah perut-perut tembolok burung di surga
Mereka tidak mencampurkan agama mereka dengan permusuhan dan sikap aniaya”

Dia puji ‘Abdurrah man bin Muljam bahwa dia adalah orang yang bertakwa yang hanya menghendaki ridha Allah. Dia anggap bahwa ia syahid, ruhnya di tembolok burung dan terbang ke surga. Dan dia di akhirat nanti timbangan amalnya paling sempurna.

b.      Imam Adz Dzahabi dalam Syiar ‘Alam An Nubala’ Juz 4 halaman 214 beliau mengatakan, “Imran bin Hitan bin Thubayn as Sadusi. Dia adalah perawi hadits yang dipakai oleh Imam Bukhari, Imam Abu Dawud, dan Tirmidzi”

Jangan kaget bahwa para ulama ahlussunnah mereka memakai para ahli bid’ah ini sebagai perawi yang haditsnya diterima. Jika kita baca dalam Shahih Bukhari maka akan kita temukan nama perawi Imran bin Hitan.

“Dia orang Bashrah, dia seorang ulama besar tapi dia menjadi salah seorang pemimpin khawarij. Dia meriwayatkan hadits dai ‘Aisyah, Abu Musa al Asy’ari, dan Ibnu ‘Abbas.”
Gurunya ngaji tiga orang ulama Sahabat, artinya dia adalah tabi’in senior yang bertemu dengan ‘Aisyah.

“Yang meriwayatkan haditsnya adalah Ibnu Sirin, Qatadah, Yayah bin Abi Katsir.” Tiga ulama besar zaman tabi’in dan tabi’ut thabi’in.
Imam Abu Dawud mengatakan, “Diantara ahlul ahwa, ahlu bid’ah tidak ada orang yang haditsnya lebih shahih dari pada kelompoknya khawarij. Dan 2 perawi yang haditsnya paling shahih diantara orang khawarij, yaitu Imran bin Hitan dan Abu Hasan al A’rat.”
Ibnu Sirrin mengatakan, “Imran menikahi seorang wanita khawarij dan dia berkata “Saya akan mengembalikannya kepada ahlussunnah”. Tapi justru wanita itu yang memalingkan dia kepada khawarij.”
Imam ‘Ali al Madaini (gurunya Imam Bukhari), “Istrinya itu perempuan yang sangat canti, sementara dia orang yang buruk rupa. Maka istrinya  pada suatu haru kagum pada suaminya dan berkata, “Aku dan kamu di surga karena kamu dikaruniai istri yang cantik maka kamu bersyukur, sementara aku dicoba dengan mendapat suami yang buruk rupa maka aku bersabar. Maka yang sabar dan syukur sama-sama di surga.” “

Ini Imran bin Hitan, seorang ulama besar, belajar langsung kepada ‘Aisyah, Abu Musa al Asy’ari, dan Ibnu ‘Abbas. Sementara yang meriwayatkan darinya adalah Ibnu Sirrin (ulama Thabi’ut Thabi’in, yang dalam muqadimah Shahih Muslim mempunyai perkataan yang sangat terkenal, “Sesungguhnya ilmu (sanad) ini adalah agama, maka perhatikanlah dari siapa kalian mengambil agama kalian.”), Qatadah (Ahli tafsir generasi Thabi’in atau Thabi’ut Thabi’in, Yahya Ibnu Abi Katsir (salah satu dari 7 Imam Qira’ah Sab’ah)
Dari situ artinya bahwa yang belajar kepada Imran bin Hitan bukan orang-orang sembarangan, mereka para ulama-ulama besar. Bahkan haditsnya diriwayatkan oleh Imam Bukhari, Abu Dawud, dan Tirmidzi.

Inilah para ulama salaf, mereka menerima hadits dari para ahlu bid’ah karena mereka tahu bahwa ahlu bid’ah (khawarij) adalah orang-orang yang secara lisan mereka orang yang paling jujur, jauh dari sikap berdusta. Sekalipun dari sisi lain sebenarnya apa yang mereka lakukan bisa disebut fasik, seperti menghalalkan darah ahlussunnah wal jama’ah, menghalalkan untuk merampoknya, dll. Yang mana sebetulnya sikap-sikap seperti itu adalah dosa besar yang membuat pelakunya fasik. Tapi oleh ahlussunnah mereka tidak dianggap fasik, karena mereka melakukannya atas dasar takwil, sehingga haditsnya tetap diterima. Dan yang seperti itu banyak, bisa kita baca di Muqadimah Fathul Barri, Syarh Shahih Bukhari. Di situ disebutkan ratusan ahli bid’ah yang haditsnya diterima oleh Imam Bukhari. Karena jika dilihat dari kejujuran dan kekuatan hafalannya, dia bisa diandalkan.

Inilah Imran bin Hitan, meninggal tahun 84H. Ternyata jika disebutkan oleh Syaikh ‘Athiyatullah di sini bahwa Abu Maryam al Mukhlif itu tidak lebih pintar dari Imran bin Hitan. Kita lihat Imran bin Hitan itu luar biasa, muridnya sahabat, guru bagi para ulama besar. Kata Imam Adz Dzahabi, dia adalah seorang tokoh besar ulama Tabi’in generasi akhir. Tahun 84 kita lihat bahwa di waktu itu masih hidup para Sahabat generasi junior, seperti Anas bin Malik, Ibnu Abbas, dll. Dan jika disebutkan di sini bahwa dia belajar langsung dengan ‘Aisyah, berarti ketika Rasulullah wafat umur Imran bin Hitan kira-kira belum genap 20 tahun, dan umur ‘Aisyah kira-kira 90an tahun. Mungkin belajarnya. Namun mungkin belajarnya sebelum itu, mungkin 60an tahun. Tapi yang jelas diakui ulama  bahwa Imran bin Hitan itu ulama pada zamannya, muridnya Sahabat, yang tentu lebih pintar dari pada al Mukhlif yang hidup pada abad 15H/ 21M.

2.      Qathari bin Fuja’ah

Nama lengkapnya adalah Qathari bin Fuja’ah Abu Na’amah at Tamimi al Mazini. Dari marga Bani Tamim yang mana itu juga merupakan marganya Abu Bakar asy Syidiq, tapi juga marga beberapa marga tokoh sesat.

Imam Adz Dzahabi mengatakan, “Dia seorang pendekar yang sangat terkenal, pemimpin khawarij. Dia keluar dan memimpin khawarij pada zaman ‘Abdullah bin Zubair (khalifah tahun 60an ke atas, setelah peristiwa meninggalnya Muawiyah bin Yaziz bin Muawiyah bin Abi Safyan_cucu Muawiyah. Dia hanya 3 atau 4 bulan berkuasa karena sakit-sakitan. Mengundurkan diri dan terjadi kekosongan kekuasaan. Maka terjadilah sengketa antara ‘Abdullah bin Zubair di Mekah dengan Bani Umayah di Damaskus. Akhirnya yang menang ‘Abdullah bin Zubair, berkuasa selama 9nan tahun setelah dikalahkan oleh Hajjaj bin Yusuf as Saqafi. Setelah itulah baru diangkat ‘Abdul Malik bin Marwan menjadi khalifah). Qathari diangkat menjadi pemimpin khawarij setelah meninggalnya Syabib bin Yazid. Dia bersama pasukan khawarijnya mengalahkan Hajaj bin Yusuf as Saqafi. Dimana disebutkan dalam Al Bidayah wan Nihayah bahwa 5 pasukan berturut-turut dikirim dan semuanya kalah oleh khawarij itu. Dan semakin besar bencana akibat Qathari bin Fuja’ah. Dia berhasil merebut beberapa propinsi di Irak dan Iran pada masa itu. Al Hajjaj bin Yusuf mengirim tentara berulang kali untuk memerangi Qathari, tapi semua dikalahkan oleh Qathari. Kemudian Qathari menjadi penguasa atas negeri Persia. Dia menerjuni berbagai kancah peperangan yang sangat terkenal. Memiliki keberanian yang belum terdengar sebelumnya, keberaniannya disetarakan dengan ‘Abdullah bin Zubair dan Mus’ab bin Zubair, dan Ibnul Asytar (anaknya menjadi nabi palsu). Dan dia seorang ahli syair yang sangat fasih, syairnya terkenal di mana-mana. Dia memimpin pasukan khawarijnya belasan tahun berperang dan para pengikutnya jika mengucapkan salam kepadanya “Assalamu’alaikum yaa khalifatal muslimin”. Sampai akhirnya pemimpin kaum muslimin, komandan dari pasukannya Hajjaj dipimpin oleh Syafyan bin Abrad al Kalbi, dialah yang mengalahkan dan membunuh Qathari. Ada juga yang mengatakan bahwa Qathari jatuh dari kudanya, sehingga tulang pahanya patah dalam pertempuran di Thabaristan. Lalu pasukannya Hajjaj berhasil membunuhnya, kepalanya dipenggal dan diserahkan kepada Hajjaj pada tahun 79H.” Ini zaman-zaman Thabi’in juga.

3.      Nafi’ Ibnul ‘Azraq
Dia meninggal tahun 65H, berarti zaman sebelum Qathari dan Imran. Dia dibunuh oleh Muslim bin Ubaisy dalam sebuah pertempuran.

4.      Najdah al Haruri
Dia tokoh khawarij yang menjadi penguasa di Yamamah, Saudi bagian Timur, daerah padang pasir. Yang mana di situ juga pada zaman Abu Bakar asy Syidiq keluar Musailamah bin Habib al Kazab.

Inilah 4 tokoh khawarij yang disebutkan oleh Syaikh ‘Athiyatullah. Disebutkan bahwa Abu Maryam al Mukhlif tidak mungkin lebih pintar dari para tokkoh khawarij pada zaman Sahabat dan Thabi’in. Mereka belajar kepada Sahabat, tapi pemahamannya seperti itu. Dan jika kita baca dalam sejarah, khawarij itu banyak awal munculnya dari wilayah Iraq, banyak dari mereka dijuluki Qura’ul Basyrah_Para penghafal Qur’an dari Basyrah. Jika kita lihat di peta, Basyrah itu sebuah kota pelabuhan di Iraq bagian bawah, di mulut teluk Persia. Yang hari ini Basyrah itu propinsi yang mayoritas penduduknya adalah Syiah Rafidhah Itsna ‘Asyariyah. Memang sejak zaman Thabi’in seperti itu, daerah yang selalu bergolak. Seperti munculnya khawarij, Mu’tazilah, Syiah, dll timbulnya di Basyrah-Kuffah-Iraq, secara umum seperti itu.

Ini membuat kita merenung, ternyata seseorang meski ulama, ahli baca dan hafal Al Qur’an, belajar hadits, belajar kepada para Sahabat pun tidak menjamin orang untuk lurus pemahamannya. Karena yang dibutuhkan bukan hanya mengetahui Al Qur’an dan hadits saja, tapi cara memahaminya itu yang sangat penting. Kita lihat yang dicontohkan di sini bahwa orang-orangnya secara Al Qur’an dan hadits mereka adalah ulama, tapi yang membuat mereka menyimpang bukan karena mereka tidak membaca Al Qur’an, bukan tidak hafal Al Qur’an, bukan karena tidak tahu hadits, tapi karena salah dalam memahami ayat dan hadits. Inilah penting kita renungkan supaya kita berhati-hati, Syaikh ‘Athiyatullah sebutkan di sini mengapa beliau menyebut Abu Maryam al Mukhlif dan pengikutnya sebagai orang-orang bodoh, karena bukan dilihat dari sisi pengetahuannya terhadap dalil, ayat dan hadits, tapi bagaimana cara memahami dalil itu. 

Golongan khawarij yang muncul pada akhir-akhir zaman Sahabat radhiyallahu’anhum. Mereka diperangi oleh Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu dan para pemimpin Islam sepeninggalnya.

Pada zamannya ‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz (yang dianggap khalifah rasyidah ke-5 setelah khulafaurrasyidin) ternyata jika kita lihat di Al Bidayah wan Nihayah ternyata para khawarij itu tidak puas, ada pemberontakan juga, sekalipun pendekatan yang dilakukan oleh ‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz berbeda dengan para khalifah sebelumnya. Kalau ‘Abdul Malik bin Marwan melihat khawarij yang ganas seperti itu, mau tidak mau beliau menggunakan kekerasan senjata dan beliau kehilangan mungkin belasan ribu tentaranya dalam memerangi khawarij. Ada seorang panglimanya bernama Muhallaf bin Abi Sufrah, 19 tahun dia habiskan umurnya untuk perang melawan khawarij sampai betul-betul dituntaskan sampai tinggal orang-orang yang menyembunyikan ke-khawarij-annya. Karena sebelum khawarij itu tuntas tidak akan mungkin ada jihad melawan orang kafir. Mengapa pada zamannya ‘Abdul Malik bin Marwan 20 tahun lebih harus perang melawan khawarij, tidak ada jihad ke luar negeri, karena kondisi dalam negeri kacau seperti itu. Daerah-daerah seperti Zamamah, Bashrah, Asbahan, Awwas, dll banyak sekali yang jatuh ke tangan khawarij. Tidak bisa dalam kondisi seperti itu jihad melawan orang kafir, harus jihad dulu melawan orang-orang khawarij. Baru setelah itu tuntas, pada masa khalifah berikutnya, Yazid bin ‘Abdul Malik ada jihad ke luar negeri. Maka diutuslah pasukan jihad ke Asia Tengah, sampai nanti puncaknya Kutaibah bin Malik sampai ke Kashgat (Uyghur, Xianjiang). Itu terjadi setelah dunia Islam tenang, tidak ada lagi khawarij, ada khawarij tapi menyembunyikan ke-khawarij-annya, tidak punya pasukan. Satu-satunya jihad yang jalan adalah ke Afrika karena di sana khawarijnya belum kuat. Sekalipun khawarij juga punya negara di Maghrib, Maroko, Afrika yang dipimpin oleh Najdah al Haruri.

Abu Maryam Al-Mukhlif bahkan juga tidak lebih pandai daripada Syukri Musthafa dan para pengikutnya. Syukri Musthafa dulunya adalah orang Ikhwanul Muslimin. Pada masanya Jamal bin ‘Abdul Nashir membantai ribuan aktifis Islam, dia masuk penjara. Di penjara inilah orang-orang mulai timbul pemikiran-pemikiran khawarij yang dipimpin oleh Syukri Musthafa. Dia keluar membuat jama’ah, mengkafirkan masyarakat, mengkafirkan pegawai negeri, dan sampai akhirnya membunuh seorang ulama besar lulusan Al Azhar, Dr. Muhammad Husain adz Dzahabi_pengarang ‘At Tafsir wal Mufassirun’. Akhirnya dia ditangkap lagi beserta para pengikutnya, dan oleh pemerintah mereka disebut Jama’ah Takfir wal Hijrah. Jadi nama itu sebenarnya nama yang diberikan oleh penyidik dan akhirnya menjadi populer.

Dia juga tidak lebih hebat dari Dr. Ahmad al Jazahiri, tokoh khawarij di Pasyawar dan Afghanistan. Allahu’alam kita belum tahu riwayatnya.

Allahu’alam..



[1]. Syukri Musthafa adalah pemimpin Jama’ah Hijrah wat Takfir Mesir, sebuah kelompok Khawarij yang muncul pada masa keganasan thaghut Jamal Abdun Nashir terhadap para aktivis Islam di Mesir. Pent.
[2]. Dokter Ahmad Al-Jazairi adalah tokoh Khawarij kontemporer di Afghanistan dan Pakistan. Pent.

ثم على فرض أن هذا المخلف قد طلب العلم ونبغ فيه وحفظ المتون وأتقن الشروح وتفنن، على فرض أن ذلك صحيح، فليس هو بأعلم من عمران بن حطان وقطريّ بن الفجاءة ونافع الأزرق ونجدة الحروريّ وأضرابهم من الخوارج الذين ظهروا في أواخر زمان الصحابة رضي الله عنهم، والذين قاتلهم عليّ بن أبي طالب ثم الأئمة من بعده، ولا بأعلم حتى من شكري مصطفى وبعض أصحابه، بل على أقصى تقدير هو من طبقة الدكتور أحمد الجزائري الذي عرفناه في أفغانستان وبيشاور.!

About

Here you can share some biographical information next to your profile photo. Let your readers know your interests and accomplishments.