#04_Fitrah Islam Berani Mereka Tentang


________________________________________

Penyebab sikap-sikap mereka tersebut diantaranya :

  • Menentang fitrah Islam
  • Mempersempit jiwa, yang akhirnya jiwa menjadi lesu, menghindar, dan tidak mampu menanggung tugas-tugas agama.
  • Mengingkari hati kecil mereka yang sebetulnya menerima kebenaran
  • Sering menentang bukti-bukti dhohir syari'at Islam maupun dhilalah (makna, kesimpulan yang lebih dalam lagi). 
  • Bingung menjawab berbagai kebingungan mereka namun terus saja angkuh.

:::::::::::::::::::::::::::::::

Sunnatullah pada diri mereka, seperti yang dicermati oleh orang-orang yang berpengalaman, biasanya mereka berkoar-koar dan banyak menimbulkan kegaduhan, lalu mereka mendapatkan para pengikut dalam jumlah sedikit ataupun banyak, lalu beberapa waktu setelahnya sebagian besar mereka akan kembali kepada kebenaran dan terbukti jelas bagi mereka kesesatannya, setelah mereka “digodok” dan dirasuki oleh kerusakannya. Kita memohon kepada Allah keselamatan. Lalu perkara mereka semakin kecil dan akhirnya hilang.

Sebagian orang di antara mereka yang telah bertaubat, yang telah mendapat karunia petunjuk dari Allah setelah menempuh pengalaman panjang dalam kelompok mereka, dan hal itu jarang terjadi, telah menceritakan kepada kami bahwa mereka pernah sampai pada taraf keragu-raguan tentang Allah ‘Azza wa Jalla, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, risalah beliau dan Al-Qur’an!

Ya, demi Allah, mereka sangat berlebih-lebihan, sangat keras dan ekstrim dalam agama, mereka tidak ridha dengan rahmat Allah yang luas, mereka tidak menerima karunia dan kelembutan Allah. Padahal di banyak ayat dan hadits disebutkan bahwa Rahmat Allah itu mendahului kemurkaan-Nya. Mereka justru memperberat dan memperkeras atas diri mereka sendiri sehingga mereka binasa, karena mereka dikuasai oleh setan dan rasa was-was, akibatnya mereka selalu meragukan diri mereka sendiri pada setiap saat. Kalau pagi mikir-mikir kemudian mengeluarkkan ucapan/ komentar “saya kemarin masih kafir dah nari ini saya masuk Islam kembali” karena sampai kuatnya keragu-raguan itu. Dan nanti sorenya “jangan-jangan tadi saya melakukan mukafirat/ syirkiyat”,, “saya ini muslimnya sah tidak?”

Di waktu pagi seseorang di antara mereka mengatakan, “Saya kemarin adalah orang kafir, maka saya hari ini masuk Islam kembali.” Seseorang di antara mereka dalam satu majlis mengkafirkan saudaranya sendiri, lalu ia berubah dan menghukumi saudaranya tersebut sebagai seorang muslim, lalu ia kembali mengkafirkannya berkali-kali. Orang lainnya di antara mereka mengatakan, “Ya, baru saja saya kafir, maka sekarang saya kembali kepada Islam.”

Seseorang di antara mereka mengkafirkan keluarganya, istrinya dan anaknya sendiri setiap hari. Pada diri mereka terjadi kerusakan-kerusakan hubungan kemasyarakatan dan kemanusiaan ---yang dalam jangka panjang--- mereka tidak akan sabar menjalaninya. Muungkin satu minggu, satu-dua bulan mungkin bisa bersikap seperti itu, tapi lama-lama dia tidak akan kuat, karena mereka mencampakkan diri mereka sendiri ke dalam sikap memperberat diri, mempersulit, mempersempit dan hal-hal yang biasanya jiwa manusia tidak akan sanggup menanggungnya dalam jangka waktu selamanya. Mereka tidak mau menerima karunia Allah kepada mereka dengan keluasan dan kemudahan dari-Nya, justru mereka memberat-beratkan sendiri maka Allah pun memperberat atas diri mereka. Allah tidak menjadikan untuk kalian dalam agama ini kesempitan/ kesulitan, dan ayat-ayat seeprti ini banyak. Dan jika belajar tentang sejarah perundang-undangan dalam Islam bahwa semua ulama, pakar syariat itu sepakat bahwa salah satu asas/ dasar/ pondasi/ karakteristik syari’at Islam itu adalah adanya kemudahan, kelapangan serta menolak/ menghilangkan kesempitan. Mereka tidak bisa menerima seperti itu sekalipun Allah sudah berfirman seperti itu dan sekalipun Rasulullah sudah menyatakan dalam hadits.

Akibatnya sebagian mereka sampai pada kondisi kafir secara terang-terangan terhadap Allah, nabi-nabi-Nya dan risalah-risalah (rasul-rasul)-Nya.
Sebagian mereka sampai pada kondisi mencaci maki Allah ‘Azza wa Jalla! Kita berlindung kepada Allah dari kondisi-kondisi yang hina tersebut.

Sebagian mereka sampai pada kondisi putus asa, tak punya harapan, bahkan bunuh diri!

Sebab yang jelas dan langsung dari hal itu (mengapa dari sikap mereka sampai taraf hina, sangat buruk), wallahu a’lam, adalah sikap mereka banyak dan sangat kuat bertabrakan dengan fitrah dan agama fitrah, sementara Islam adalah agama fitrah. Juga karena sikap mereka sangat banyak dan kuat mempersempit atas jiwa mereka sendiri sehingga jiwa menjadi jemu, bosan, capek, menghindar, lari menjauh dan tidak mampu menanggung tugas-tugas agama. Hal itu lalu berkembang menjadi beraneka ragam rekayasa (tipu daya) yang buruk dan ta’wilan-ta’wilan rusak yang tidak bisa diterima oleh syari’at.

Selain itu adalah sikap mereka sangat banyak dan kuat bertentangan dengan zhahir-zhahir syari'at Islam dan dilalah-dilalah (sisi penunjukan makna dari dalil syar’i) yang beragam atas hakekat-hakekat.

Jika kita baca kitab tafsirnya para ulama salaf abad 2-3-4H seperti Imam Ath Thabari dan lainnnya, atau ulama-ulama muttaakhirin yang kuat dari aspek tafsir bil ma’tsur-nya (tafsir ayat dengan ayat, tafsir ayat dengan hadits, dll), misalkan kita baca tafsir Atwaul Bayan_Syaikh Ansyiqithi, beliau sering tegaskan berkali-kali bahwa kadang satu ayat yang menunjukkan beberapa makna yang semuua makna itu benar. Kita sering mengikuti kajian tafsir Juz ‘Amma itu, betapa sering satu kata bisa mempunyai 1-7 makna, dan bisa seperti itu juga yang menafsirkan para pakar bahasa dari generasi tabi’in, tabi’ut tabi’in. Zaman mereka saja bbisa difahami sepertii itu, apalagi orang zaman sekarang. Dan kadang semua makna itu secara syar’i benar.

Maka pada awalnya pada diri mereka timbul sikap angkuh, lalu mereka menemukan dalil-dalil lain (yang menyelisihi keyakinan dan pendapat mereka, pent), akibatnya mereka menemukan kebingungan-kebingungan yang banyak dan akhirnya mengalahkan kemampuan mereka. Bingung bagaimana cara ‘mendamaikan’ antara dalil yang mereka pegangi dengan dalil-dalil lain yang jelas tidak sama dengan keyakinan mereka padahal sama-sama dalil syar’i. Tapi sayangnya setelah mereka bingung itu justru malah semakin ngotot, sombong tidak mau mengikuti dalil. Semakin menolak dan akhirnya semakin terjadi tabrakan dengan fitrahnya, akalnya, nuraninya.

Mereka bingung menjawab berbagai kebingungan tersebut. Namun mereka semakin angkuh (memegangi keyakinanannya dan menyelisihi dalil-dalil syar’i tersebut, pent). Apalagi jika ia adalah seorang tokoh pada kelompok dan jama’ahnya, ia orang yang diikuti, memiliki pengaruh, ia memiliki para pengikut, pendapat-pendapat dan madzhab sendiri. Maka ia akan sulit kembali kepada kebenaran. Hal ini termasuk makna dari firman Allah,

وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ يَحُولُ بَيْنَ الْمَرْءِ وَقَلْبِهِ

“Dan ketahuilah, sesungguhnya Allah membatasi antara seseorang dengan hatinya.” (QS. Al-Anfal [8]: 24)

Hatinya mengakui sebetulnya sebuah dalil benar tapi dia tidak menginginkannya, akhirnya kata hatinya ditinggalkan. Itulah Allah membuat batas antara dia dengan hatinya.

Demikianlah seseorang di antara mereka akan mengalami perang dalam hatinya dan ia merasakan kuatnya kontradiksi dalam dirinya. Terkadang hal itu mengakibatkan ia terkena penyakit psikologis yang berat, jiwa yang keras atau ia menjadi orang zindiq yang tulen dan orang yang kafir kepada Allah Yang Maha Agung. Kita berlindung kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dari keburukan tersebut.

Itu beberapa cerita pengalaman orang-orang yang telah bertaubat. Jika dianalisa sebabnnya yang menonjol itu adalah meyelisihi fitrah, dinul fitrah, dalil-dalil baik secara dhahir maupun dhilalahnya/ kesimpulan yang lebih dalam lagi, dilihat dari aspek bahasa, ini-itu bagaimana. 

Di antara contoh-contoh kontradiksi yang senantiasa mendera mereka

1. Mereka mengkafirkan seluruh kaum muslimin, termasuk orang-orang muslim yang terbaik dari kalangan orang-orang yang ahli ibadah, orang-orang yang zuhud, orang-orang yang berjihad, orang-orang yang melakukan bom syahid, para ulama, para da’i dan orang-orang yang mencurahkan hartanya untuk berinfak di jalan Allah.

Mereka mengkafirkan seluruh kaum muslimin tersebut dan tidak menilai keislaman kecuali bagi segelintir orang, yaitu orang-orang yang berada dalam jama’ah (kelompok) mereka saja dan orang-orang yang seperti mereka saja.Mereka bahkan mengkafirkan seluruh umat Islam pada abad-abad yang terakhir (14,13,12H, dst).

Jika kita belajar tarikh tasyrik/ sejarah perundang-undangan Islam bahwa yang disebut zaman kemunduran Islam, zaman dimana Islam dari ujung Maroko (pinggir benua Atlantik) sampai di Marauke, dari ujung Timur sampai ujung Barat daan ujung utara sampai ujung selatan, yang disebut dunia Islam memasuki abad jumud/ statis/ keunduran, abad dimana kesyirikan, bid’ah, taqlid meraja-lela, para ulama sudah tidak menghasilkan karya yang sifatnya ijtihad lagi itu dimulai pada masa runtuhnya Daulah Abbasiyah di Baghdad pada 656H. Saat Gholagokan dan Tar-tar datang ke negeri Baghdad. Baghdad diruntuhkan dan tinggal puing-puing kemudian di atas reruntuhan itu Ghalagokan membuat kerajaan, Daulah Ilkhaniyah yang mana dia menjadi rajanya dan anak turunannya yang menjadi kaisar di disitu. Dari situ dia melakukan serangan ke negeri-negeri Islam lainnnya, ke Syam satu persatu takluk, dan juga ingin meyerbu Mesir. Pada saat ingin menyerbuu Mesir itulah dia menemui kekalahan pertama kali dalam perang Ainjalud. Saat dia berkuasa, jelas, karena dia anak keturunannya Jengis Khan, maka dia terapkan El Yasik. Menyerbu Syam dan menahlukkan Damaskus, Hamah, Palestin. Mengangkat para qadhi, gubernur, pejabat semuanya orang-orang dia, sekalipun agamanya muslim, namun tentu harus tunduk pada aturan dia. Dan ketika dia berencana mau menyerbu mesir itulah Sultan Syaifuddin yang memimpin Daulah Imam Malik di Mesir berangkat ke Syam, dan terjadilah perang Ainjalud itu. Itulah pertama kalinya orang mongol bisa dikalahkan. Meski demikian, zaman itu sampai abad sekarang masih disebut abad Jumud, Termasuk Daulah ‘Utsmaniyah sekalipun, dalam tarikh tasyrik disebut zaman kemunduran umat Islam, yaitu tidak munculnya ulama-ulama besar yang menjadi perubah suasana. Memang mungkin 100an tahun muncul 1-2 orang tapi secara umum suasana umat Islam itu seperti kebodohan, kesyirikan, bid’ah, taqlid, dan lainnya itu rata dimana-mana. Ya, di beberapa tempat munjul Mujadid, itu adalah sunnatullah bahwa setiap zaman akan muncul mujadid, tidak semua rusak. Islam itu dijamin tidak akan berkumpul dalam kesesatan, tapi bahwa fakta bahwa mayoritas kaum muslimin selaman abad kemunduran Islam itu jatuh dalam syirik, taqlid, atau bid’ah itu tidak bisa ditutupi. Muncul beberapa pembaharu, ada Ibnu Taimiyah abad 7-8H, muncul Muhammad bin Abdul Wahhab abad 12-13H, itupun di Nejed saja. Nejed itu jika dilihat di peta maka secuil saja, dengan pulau Jawa masih lebih besar Jawa. Sementara dunia Islam itu dari kutub utara sampai kutub selatan ada muslim. Di kutub utara, Siberia sana mayoritas muslim sejak Islam masuk di sana pada zaman Daulah ‘Utsmaniyah tahun 1500an M. Dari Merauke sampai Maroko sana suasananya seperti itu.

Nah, jika kita terapkan faham takfir dan melihat suasana kebodohan seperti itu berarti semua umat Islam selama abad-abad terakhir hijriyah ini masuk kafir semua, bukan orang-orang muslim. Tidak pandang bulu, mau dia ulama, jangan-jangan seorang sufi. Padahal di antara mereka itu juga banyak ahli ibadah, ahli zuhud, mujahiddin. Siapa lagi orang-orang yang memerangi Spanyol dan Portugis selama ratusan tahun menjaga Islam jika tidak Daulah ‘Utsmaniyah. Siapa lagi yang melawan Inggris, Prancis, Rusia baik di Eropa, Asia, Afrika jika bukan Daulah ‘Utsmaniyah. Sementara jika kita baca sejarah Daulah ‘Utsmaniyah, banyak dari khalifahnya saja para pengikut tarekat. Termasuk Sultan Hamid II pun yang dia serahkan hidup-matinya untuk melindungi Palestina itu adalah seorang pengikut tarekat. Sampai ketika dibuang ke luar negeri pun masih berhubungan tulis-menulis dengan mursyidnya, pembimbing tarekatnya.

Sementara itu mereka (kelompok Abu Maryam al Mukhlif dan yang semisal dengannya) menemukan dalam hadits-hadits nabawi dan zhahir-zhahir (dalil) syariat bahwa generasi umat Islam akan senantiasa berlanjut sampai menjelang hari kiamat, yaitu saat Allah Subhanahu wa Ta’ala berkenan mencabut nyawa setiap orang yang beriman.

Mereka juga menemukan dalam hadits-hadits nabawi pujian bagi sebagian generasi umat, sebagian zaman (periode waktu) umat, sebagian tempat umat, dan pemberitahuan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang tetap eksisnya keislaman, keimanan dan keshalihan pada diri (sebagian generasi, periode dan tempat)nya dan diri orang-orang (pada sebagian generasi, periode dan tempat) tersebut.
Ada generasinya umat Islam yang berjihad melawan Mongol adalah Thaifah Manshurah, padahal aqidah mereka asy’ariyah. Ada tulisan yang sebenarnya ceramah dari Syaikh Abul Hasan Ali alhasani annadawi, beliau berceramah menyambut datangnya abad 15H, beliau sebutkan berapa juta orang Eropa dan Asia yang terbunuh oleh Tar-tar. Semua sejarawan pada masa itu, baik Islam, Kristen, Katolik, semuanya apatis bahwa sudah tak ada lagi peradaban lagi setelah ulah Tar-tar. Syaikh Abul Hasan menguraikan bagaimana sikap apatisnya para sejarawan itu keliru, karena pada perjalanan puluhan tahun kemudian justru dakwahnya orang thariqat yang membuat para kaisar Tar-tar itu masuk Islam, dan mereka menjadi pembela Islam yang luar biasa. Sampai di India berdiri daulah Ialam Mongol (yang membangun Taj Mahal).

Artinya bahwa memang ada pujian-pujian di dalam hadits itu terhadap sebagian generasi umat Islam. Begitu pula pujian di beberapa zaman. Contohnya ika kita baca dalam Shahih Bukhari-Shahih Muslim, dll bahwa ada pujian terhadap umat Islam yang mengalahkan musuh dimana musuh itu disifati mukanya seperti perisai, sandal dan pakaiannya bulu, dan ternyata diindentifikasi oleh para ulama bahwa itu adalah tentara Mongol dan sifat-sifatnya pujian itu untuk Daulah Imam Malik Bahriyah. Adalagi hadits-hadits yang memuji umat Islam yang mengalahkan Konstantinopel, ibu kota Romawi yang ternyata yang mengalahkan lagi-lagi orang Turki, Daulah ‘Utsmaniyah.

Untuk pujiana kepada tempat-tempat seperti contohnya Syam, Palestin, Yordan, Yaman, Lebanon.
Mereka juga menemukan hadits-hadits tentang thaifah manshurah yang senantiasa meraih kemenangan atas musuh-musuh Islam dan bahwa thaifah manshurah akan senantiasa eksis sampai datangnya kiamat. Dan banyak lagi hadits-hadits lainnya. Akibatnya mereka mengalami kontradiksi yang sangat kuat dan mereka menekan perasaan mereka sendiri, sehingga membuat jiwa mereka sendiri sakit dan mati!

2. Mereka melihat tanda-tanda keshalihan dan bagusnya keimanan, seperti yang diberitahukan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam Al-Qur’an dan diberitahukan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam banyak hadits shahih. Allah beritahukan dalam Al Qur’an tandanya orang sholih seperti menegakkan shalat, menunaikan zakat, iman pada hari akhir, menginfakkan sebagian hartanya. Dan juga tandanya orang muttaqin, orang mukmin dan jika dijumlah mungkin ayat-ayat seperti itu jumlahnya ratusan seperti juga memakmurkan masjid, membaca ayat Al Qur’an, dll. Begitu juga di dalam hadits seperti contohnya tidak ada yang menjaga wudhu selain orang mu’min, orang yang melakukan shalat dia mendapat jaminan di sisi Allah, dll yang sangat bayak. serta tanda-tanda husnul khatimah (kematian yang baik) pada diri banyak umat Islam. Terlebih lagi pada diri mujahidin dan syuhada’. Kita lihat misalkan di Afghan sebagaimana disebutkan Syaikh Abdullah Azzam dalam banyak bukunya bahwa syuhada’nya saja 1,5 juta orang dan yakin kalau mereka mayoritas orang awam. Sering disebutkan beliau bahwa harakat Islamiyah, gerakan jihad itusebagus apapun aqidahnya, akhlaknya, ikatan organisasinya itu tidak akan mampu menanggung beban jihad. Karena jika mereka saja yang baik yang bisa menanggung beban jihad saja, maka begitu mereka syahid maka jihad berhenti, tapi faktanya tidak, yang mana syuhada’nya saja mencapai 1,5 juta. Banyak sebagian yang berjihad ini mereka orang-orang kampung yang pengetahuan agamanya awam. Masalah dasar saja kurang faham apalagi masalah aqidah yang rumit-rumit. Makanya banyak orang-orang Saudi yang sudah tertarbiyah itu banyak yang meremehkan aqidah kok mau memperjuangkan Islam yang mana berarti perang melawan orang musyrik melawan orang komunis, mereka simpulkan seperti itu. Itu yang dinamakan tahdzir/ penggembosan yang membuat banyak masalah antara orang-orang arab dengan orang-orang asli Afghan. Ada lagi seperti terbunuhnya komandan Brigade Al Qasam dengan seorang kawannya bisa kita lihat sendiri di videonya bagaimana yang menghadiri pemakamannya puluhan ribu orang di Gaza. Menunjukkan ribuan umat Islam itu jadi saksi bahwa mereka adalah orang baik-baik. Dan mungki untuk orang-orang yang mudah memfonis akan bilah bahwa Al Qosam merupakan bawahannya Hamas, Hamas tidak menegakkan syari’at Islam,  berarti berjuang di bawah mendera sekulerisme, nasionalisme. Tapi ribuan orang menjadi bukti yang mana ada tanda-tanda khusnul khatimah pada orang-orang seperti ini. Mereka juga melihat kesabaran orang-orang muslim yang bersabar, kekuatan iman orang-orang yang beriman, dan kekuatan keyakinan orang-orang yang yakin. Kita bisa lihat foto-foto atau video-video Suriah bahwa dari bayi sampai orang tua yang dengan tingkat keagamaan mereka yang sangat awam menunjukkan bahwa mereka mempunyai kesabaran yang melebihi kesabaran kita.

Di sisi lain mereka memvonis semua umat Islam tersebut sebagai orang-orang kafir dan bukan orang-orang Islam. Akibatnya mereka senantiasa berada dalam kontradiksi yang besar, yang hanya Allah Subhanahu wa Ta’ala yang mengetahui hakekatnya. Dalam relung hati, mereka sendiri tidak mampu menolak dan membantah kenyataan tersebut akibat kontradiksi tersebut sangat banyak, bukti-buktinya kuat dan sesuai dengan fitrah!


:::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::: 

Teks Arab :


وعادة الله تعالى فيهم حسبما رصدها أهل العبرة أنهم تكون لهم زوبعة وضجة ويحصل لهم في فتنتهم أتباع قليلون أو كثيرون، ثم ما يلبث أن يرجع جزء كبيرٌ منهم ويؤوبون إلى الحق ويكتشفون الضلالة بعد اكتواءٍ وشَوْبٍ من فسادٍ، نسأل الله العافية، ثم يؤول أمرُهم إلى اضمحلال وزوال.
وقد حكى لنا مرة بعض التائبين منهم ممن منّ الله عليهم بالهداية بعد أن قطع شوطا طويلا معهم، وهذا شيء قليلٌ في العادة، حكى لنا أنهم وصلوا إلى حالات من الشك في الله تعالى وفي محمد رسول الله صلى الله عليه وسلم ورسالته وفي القرآن.!! نعم والله، فإنهم من شدّة التنطع والتشدد في الدين والغلوّ لا يرضون برحمة الله الواسعة ولا يقبلون منة الله ولطفه، بل يظلون يشددون على أنفسهم ويتنطعون فيهلكون بأن يتسلّط عليهم الشيطان والوسواس، فيظلون يشكون في أنفسهم كل لحظة، ويصبح الرجل منهم ويقول: أنا كنت بالأمس كافراً، واليوم أسلمتُ من جديد، ويكفر الرجل منهم أخاه في المجلس ثم يعود فيحكم عليه بالإسلام، ثم يكفره عدة مراتٍ، والآخر يقول: نعم أنا كفرت قبل قليل والآن أنا أرجع إلى الإسلام، ويكفر الرجل أهله وزوجه وولده كل يوم، وتحصل عندهم من المفاسد الاجتماعية والإنسانية ما لا يقدرون -مع طول الوقت- على الصبر عليه، لأنهم أوقعوا أنفسهم في التشديد والحرج والضيق وما لا تقوى نفوس البشر في العادة على تحمّله على دوام الأزمان، ولم يقبلوا منّة الله عليهم بالتوسعة والتيسير، بل شددوا فشدد الله عليهم.
فيحصل أن يصل بعضهم إلى حالات الكفر الصريح بالله تعالى وبالأنبياء ورسالات الله عز وجل.
ويصل إلى سب الله تعالى رأساً..! والعياذ بالله تعالى من هذه الأحوال الرديّة.
ويصل بعضهم إلى حالات يأس وقنوط، وإلى الانتحار..!
والسبب الظاهر المباشر لذلك -والله تعالى أعلم- هو كثرة وقوة مناقضة الفطرة ودين الفطرة (الإسلام دينُ الفطرة).. وكثرة وقوة التضييق على النفس حتى تملّ وتعيى وتتعب وتصير تتفلت وتنفر ولا تقوى على حمل تكاليف الدين، ثم تصير إلى أنواع من الحيل الشريرة والتأويلات الفاسدة غير المستساغة.. وكثرة وقوة مناقضة ظواهر الشريعة ودلالاتها المتنوعة على الحقائق، فيحصل عندهم في البداية نوعٌ من المكابرة ثم يكتشفون أدلة أخرى وتعترضهم إشكالات تتكاثر عليهم وتغلبهم ويحيرون في الجواب ويزدادون في المكابرة ولاسيما إن كان الواحدُ منهم رأساً في فرقته وجماعته متبوعا قد تصدّر وصار له أتباع وأقوال ومذهبٌ، فيصعب عليه الرجوع إلى الحق، وهذا من معنى قوله تعالى: ﴿واعلموا أن الله يحولُ بين المرء وقلبه﴾، وهكذا يحصل عند الواحدِ منهم تأنيبُ ضمير ويشعر بقوة التناقض في نفسه، فقد يصل إلى حالات قصوى من المرض النفسيّ والخبلِ أو يصيرُ إلى الزندقة المحضة والكفر بالله العظيم، والعياذ بالله.
ومن أمثلة التناقضات التي تعترضهم باستمرار:

Ÿ  تكفيرهم لعموم المسلمين بما فيهم خيارُهم من العُبّاد والزهاد والمجاهدين والاستشهاديين وأهل العلم والدعوة والبذل في سبيل الله تعالى، يكفرونهم كلهم، ولا يحكمون إلا بإسلام نفرٍ قليل هم جماعتهم ومَن كان مثلهم فقط، بل ويحكمون بكفر سائر الأمة في قرونها المتأخرة، وهم يجدون في الأحاديث النبوية وظواهر الشريعة أن أمة الإسلام لايزال نسلها مستمرا باقيا إلى قربِ قيام الساعة حين يأذن الله تعالى بأخذ أرواح كل أهل الإيمان، ويجدون في الأحاديث مدحا لبعض أعصُر الأمة وأزمنتهم وأمكنتها والإخبار ببقاء الإسلام والإيمان والصلاح فيها وفي أهلها، وأحاديث الطائفة المنصورة الظاهرة على أعدائها وأنها لن تزال قائمة موجودة إلى قيام الساعة، وغير ذلك كثير جدا، فيحصل عندهم تناقض كبيرٌ وتأنيبٌ للضمير مُمرضٌ مهلكٌ.!

About

Here you can share some biographical information next to your profile photo. Let your readers know your interests and accomplishments.