#12_Berpeganglah Pada Hal-hal Yang Jelas


______________________________________

Solusi Ke-3 :
Mengetahui keburukan-keburukan mereka, baik pemikiran maupun sikap/akhlak mereka sehingga kita tidak menirunya.

Solusi Ke-4
Berpegang pada hal-hal yang jelas, yang sudah pasti diketahui oleh seluruh umat islam

Jangan terburu-buru menjawab suatu masalah sampai kita benar-benar telah mendapat keterangan itu dari ulama terpercaya. 

Bersabarlah untuk mendapatkan jawaban dari suatu masalah, dan memohon kepada Alloh agar dimudahkan mendapatkan jawabbannya.

::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::

Ketiga
Mengetahui keburukan untuk bisa menjauhinya, mengambil nasehat dan pelajaran dari peristiwa-peristiwa yang serupa dan sejenis. Seperti yang telah saya jelaskan sebagiannya di awal jawaban saya ini. 

Bagaimana keadaan oarang2 yang seeprti abu maryam dan kelompoknya yang pada diri mereka terjadi banyak kotradiksi, bgmn pada diri mereka tampak jelas sekali keburukan akhlak, bgaimana diantara mereka begitu cepat saling menghajr, saling mencaci maki, memboikot, dsb, sampai taraf mengkafirkan ulama-ulama mereka sendiri. Dengan mengetahui buruk seperti itu, kalau kita tau itu buruk kita akan bisa menjauhinya dan mengambil pelajaran nasihat dari kasus-kasus yang serupa.
Maka barangsiapa tidak mengambil nasehat dan tidak memetik pelajaran, maka janganlah ia mencela kecuali dirinya sendiri. Sudah banyak kasus di Pakistan, Afghanistan, Mesir, Libya, Aljazair, Yodania. Sampai di Yordania itu ada pernyataan  sikap para Masyayih disana termasuk Masyayif dakwah salafi jihadi yang menyatakan berlepas diri dari kelompok semisal Abu Maryam al Mukhlif, diantaranya Syaikh Abu Muhammad al Maqdisi dan Syaikh Abu Muhammad at Thahawi.

أَتُرِيدُونَ أَنْ تَجْعَلُوا لِلَّهِ عَلَيْكُمْ سُلْطَانًا مُبِينًا

Inginkah kalian mengadakan alasan yang nyata bagi Allah (untuk menyiksa kalian)? (QS. An-Nisa’ [4]: 144) 

Kalau kalian tidak mengambil sebuah pelajaran, nasehat dari ap-apa yang pernah terjadi sebelumnya. bagaimana kelompok seperti mereka ini mendatangkan kerusakan yang luar biasa, kemudian kalian ikut-ikutan kena pengaruh mereka maka salahkan dirimu sendiri.

Mengetahui keadaan orang-orang seperti mereka akan menyebabkan orang yang berakal sehat lari menjauhi mereka. Orang yang berakal sehat, cerdas, menginginkan kebaikan, kebenaran dan petunjuk akan mengetahui bahwa kaum tersebut adalah orang-orang yang menjauhi/ berseberangan dengan  agama, petunjuk, jalan dan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam; mereka sama sekali bukan orang-orang yang berada di atas ajaran nabi, thariqah nabi, sunnah nabi Shalallahu ‘alaihi wassalam. Bisa kita bedakan jelas sekali bagaimana dalam hadits-hadits sebelumnya disebutkan nabi menghadapi masyarakat arab, apalagi banyak dari mereka orang-orang yang ummi. Bandingkan bagaimana perlakuan nabi kepada mereka dengan perlakuan Abu Maryam al Mukhlif dan kelompoknya terhadap masyarakat kita. Dengan merenungkan hal itu, ia akan bisa menjauhi mereka dan menjauhi jalan mereka. Akhlaknya, tidak mungkin akhlak2 seperti itu akan bisa ditiru, cara2 berdalil, cara memahami dalil yang samprangan. Dan orang yang berakal ia tidak akan memberi peluang bagi mereka untuk menguasai dirinya dengan bisikan-bisikan dan keragu-raguan mereka.
Akan berlindung dan berhati-hati dari istidlalnya, dari akhlaknya, dari apaya sudah kelihatan buruknya maka dia akan berhati2 menghindar menjauhi cara-cara yang seperti itu.

Keempat
Berpegang teguh dengan perkara-perkara yang baku, kokoh, jelas, dan pasti secara tegas (qath’i, tidak menerima nash/ tidak mungkin dihapus, tidak menerima perubahan, tidak menerima takwilan lain) sudah jelas itu bagian dari ajaran Islam, diketahui oleh seluruh umat Islam (al-ma’lum min ad-din). Dimana baik muslim awam atau ulama muslim sama-sama tahu bahwa itu ajaran islam. Nah, yang muhkam-muhkam seperti itu, qot ‘i itulah yang dipegangi.

Kemuadian apa-apa yang membingungkan seseorang dan perkara-perkara yang kemunculannya membingungkan seseorang (yaitu perkara-perkara yang ia merasa samar, bingung dan tidak mengetahui jawaban atasnya). Mereka memotong statement-statement, pendapat-pendapat yang kita aneh ini kok perasaan ajaran begini ini; saya puluhan tahun belajar dari para ulama kok nggak ada. Di kitab-kitab para ulama salaf, sahabat, tabi’in, tabiut-tabi’in, para ulama penulis  kitab-kitab hadits, fiqih, tafsir pada awal-awal keemasan Islam kok seperti ini tidak ada. Tapi kita tidak bisa menjawab ini benar atau tidak, pokoknya bingung. Yang seperti itu maka hendaknya ia jangan terburu-buru menjawabnya atau jangan buru-buru menerima jawabannya dari kaum yang terkena ujian lagi tersesat tersebut (Abu Maryam Al-Mukhlif dan pengikutnya). Tapi ia harus sabar dan menunggu sampai mendapatkan kejelasan, tanya ulama sana-sini, pencari penjelasan ulama sana-sini dan dia  bertanya kepada para ulama yang terpercaya. Jika Allah kemudian membukakan baginya ilmu atas perkara yang belum ia ketahui, dan hilangnya kebingungan dan jelasnya urusan tersebut, maka hendaklah ia memuji Allah Ta’ala. Alhamdulillah ternyata yang membingungkan kemarin itu dengan izin Allah. Dengan berjalannya waktu, dengan berjalannya pengkajian, dengan bertanya kepada ulama ternyata ketemu jawabannya, ‘oh ternyata tidak seperti itu’, Alhamdulillah. Adapun jika Allah belum mengaruniakan hal itu kepadanya, maka hendaklah ia juga memuji Allah Ta’ala. Karena Allah sesungguhnya Maha Terpuji dalam segala kondisi, Dia semata yang memiliki hak atas seluruh pujian.
Hendaknya ia bersabar kembali, menyerahkan ilmu perkara tersebut kepada Allah Ta’ala dan hendaklah mengatakan:

آمَنَّا بِهِ كُلٌّ مِنْ عِنْدِ رَبِّنَا

“Kami mengimaninya, karena seluruhnya berasal dari sisi Rabb kami.”(QS. Ali-Imran [3]: 7)

 Dan tidak tahunya dia atas jawaban hal yang membingungkan tadi tidak akan membahayakan dia sama sekali. Hendaknya ia mengatakan, “Wahai Allah, seandainya aku mengetahui di mana kebenaran, di mana pendapat yang benar, mana perkara yang Engkau perintahkan dan Engkau cintai, niscaya aku akan memenuhinya, meyakininya dan melaksanakannya sesuai kadar kemampuanku.

Itu sikap seorang muslim yang menginginkan keselamatan dari perkara-perkara yang membingungkan, syubhat-syubhat, muskhil, samar. Bersabar, berhati-hati, mencari tahu kepada ulama, kepada orang-orang yang tsiqah sampai menemukan jawabannya. Kalau sudah cari-cari tidak ketemu juga , sabar lagi, tawakal kepada Allah. Kita katakan “seandainya kita tahu yang benar maka kita  akan yakini itu yang benar, kita amalkan sesuai kesanggupan kita.

Inilah agama, inilah tauhid, Allah tidak akan membebani seseorang kecuali sesuai kadar yang ia mampu, dan Allah tidak akan membebani seseorang kecuali sesuai potensi yang Dia karuniakan kepadanya.

 Allah Ta’ala berfirman,

هُوَ الَّذِي أَنْزَلَ عَلَيْكَ الْكِتَابَ مِنْهُ آيَاتٌ مُحْكَمَاتٌ هُنَّ أُمُّ الْكِتَابِ وَأُخَرُ مُتَشَابِهَاتٌ فَأَمَّا الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ زَيْغٌ فَيَتَّبِعُونَ مَا تَشَابَهَ مِنْهُ ابْتِغَاءَ الْفِتْنَةِ وَابْتِغَاءَ تَأْوِيلِهِ وَمَا يَعْلَمُ تَأْوِيلَهُ إِلَّا اللَّهُ وَالرَّاسِخُونَ فِي الْعِلْمِ يَقُولُونَ آمَنَّا بِهِ كُلٌّ مِنْ عِنْدِ رَبِّنَا وَمَا يَذَّكَّرُ إِلَّا أُولُو الْأَلْبَابِ

Dia-lah yang menurunkan Al-Kitab (Al-Qur'an) kepada kamu (Muhammad). Di antara isinya ada ayat-ayat yang muhkamaat (sebagian ulama mendefinisikan, ayat-ayat yang hanya memiliki satu makna, tidak mungkin ditafsirkan dengan makna dua-tiga-empat, dst, ayat2 yang baku tidak mungkin berubah, tidak menerima nash/penghapus) dan itulah pokok-pokok isi Al-Qur'an dan ada pula yang lain (ayat-ayat) mutasyaabihaat ( sebuah ayat yang memiliki kemiripan, ayat yang memiliki beberapa kemungkinan makna. Memungkinkan untuk fditafsirkan dengan beragam tafsiran).

Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan/ penyimpangan, maka mereka cenderung mengikuti  ayat-ayat yang mutasyaabihaat/ samar/ mungkin ditafsirkan dengan banyaka penafsiran. Karena dia menginginkan fitnah dan untuk mencari-cari takwilnya, padahal tidak ada yang mengetahui takwil sebenarnya kecuali Allah.

Sedangkan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: "Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyaabihaat, semuanya itu dari isi Rabb kami." (Yang Muhkam maupun yang Mutasyabih sama-sama datang dari Allah, wajib diimani. Yang sudah tahu ya diamalkan, yang belum tahu, belum dipahami ya .bersabar dengannya) Dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal.(QS. Ali-Imran [3]: 7)

Ini dua point disebutkan Syaikh ‘Athiyatullah al Libi untuk melindungi kita dari fitnah Abu Maryam al Mukhlif dan orang-orang yang mirip dan serupa dengan mereka. Mungkin namanya lain tapi kesamaan paham itu bisa ditemui dibeberapa tempat.  Di India yang tidak kalah dengan yang di Mesir, yang di Mesir juga tidak kalah dengan yang di Yordan, yang di Yordan juga tidak kalah dengan yang di Aljazair.

Ini nasehat dari buku pendek tapi cukup penting karena Syaikh ‘Athiyatullah mengalami sendiri bagaimana repotnya bergaul dengan orang-orang sepeti ini. Bagaimana amal-amal dakwah, amal-amal jihad itu kadang bisa porak-poranda karena orang-orang seperti ini. Ada kalau tidak salah di situsnya Abu Maryam al Mukhlif, “Tauhid yang Murni”, mengerikan sekali. sampai-sampai Syaikh Abu Muhammad al Maqdisi itu memperingatkan murid-muridnya untuk tidak membuka situs itu, membaca-baca, jangan mendengarkan kajian-kajian Abu Maryam al Mukhif atau Abu Abdurrahman as Shamali, atau orang-orang yang seperti mereka. Tokoh-tokoh yang memang parah, yang makin hari bukan makin membaik tapi makin memprihatinkan, persis bagaimana disebutkan dulu dalam sebuah hadits ” mereka membunuhi orang Islam sendiri tapi membiarkan para penyembah berhala”. Bagaimana orang itu di Yordania, kalau menurut pernyataan sikap yang ditandatangani oleh para Masyayih dakwah di Yordan itu mereka di Zarqo’, kemungkinan besar Abu Maryam al Mukhlif dan kawan-kawannya di daerah itu. Bagaimana hanya beberapa kilometer dari wilayah mereka ada medan jihad di Palestina, Irak, Suriah, tidak pernah sekalipun situs-situs mereka membahas itu. Bahasannya ya itu saja, pembahasan-pembahasan yang sebenarnya masalah ushul fiqih tapi dianggap sebagai perkara aqidah yang qath’i/ ushul. Yang kalau orang beda pendapat ya berarti non muslim, kesimpulan/ intinya selalu ke situ. Sampai mengarang buku penjelasan tentang kesesatan Al Qaidah. Mungkin orangnya memang niatnya lurus, bagaimana dijelaskan juga oleh para ulama, niat lurus tidak cukup. Dampak dari pendapat-pendapat mereka ini sangat merusak sampai-sampai Syaikh Abu Muhammad al Maqdisi yang dikenal orang sabar sampai mengeluarkan statemen kepada murid-muridnya untuk tidak membaca, mebuka situs-situs mereka.
Allahu’alam bisshowab..



 :::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::
Teks Arab :

الثالث: المعرفة بالشرّ لتتقوه، والاتعاظ والاعتبار بالأشباه والنظائر، كما شرحتُ لكم شيئا من ذلك في أول هذا الجواب، فمن لم يتعظ ولم يعتبر، فلا يلومنّ إلا نفسه..! ﴿أتريدون أن تجعلوا لله عليكم سلطاناً مبيناً﴾.!
فمعرفة حال هؤلاء موجِبٌ للعاقل أن ينفر منهم، ويعرف العاقل اللبيب المريد للخير والحق والهدى أن هؤلاء مجانبون لدين النبي صلى الله عليه وسلم وهديه وطريقته وسنته، وليسوا منها في شيء.. فينفر منهم ويجانبهم ويجانب طريقتهم، ولا يجعل لهم على نفسه سبيلا بالوسوسة والتشكيك.
الرابع: التمسك بالمحكمات الواضحات البينات القطعيات المعلومات من الدين، ثم ما أشكل من مسائل وما يَـرِدُ على الإنسان من "استشكالات" (أي مسائل يستشكلها ويحار فيها ولا يعرف كيف الجواب عليها) فعليه ألا يتسرّع في الجواب عليها أو قبول جواب من القوم الضالين المفتونين، بل يصبر وينتظر حتى يتثبت ويسأل أهل العلم والثقة، فإن فتح الله عليه بعلم ما لم يكن يعلم، وبزوال الإشكال واتضاح الأمر، فليحمد الله، وإلا فليحمد الله أيضا، فإن الله عز وجل هو المحمود على كل حال، وهو المتفرد بالحمد كله، وليصبر وليكل علم المسألة إلى الله تعالى وليقل: ﴿آمنا به كلٌ من عند ربنا﴾ ولا يضره، وليقل: يا ربّ لو أعلم أين الحق وأين الصواب وأين ما تأمر به وتحبه لاستجبت له واعتقدته وعملتُ به جهدي وطاقتي، فهذا هو الدين وهذا هو التوحيد، ولا يكلف الله نفسا إلا وسعها، ولا يكلف الله نفسا إلا ما آتاها.

قال الله تعالى: ﴿هُوَ الَّذِيَ أَنزَلَ عَلَيْكَ الْكِتَابَ مِنْهُ آيَاتٌ مُّحْكَمَاتٌ هُنَّ أُمُّ الْكِتَابِ وَأُخَرُ مُتَشَابِهَاتٌ فَأَمَّا الَّذِينَ في قُلُوبِهِمْ زَيْغٌ فَيَتَّبِعُونَ مَا تَشَابَهَ مِنْهُ ابْتِغَاء الْفِتْنَةِ وَابْتِغَاء تَأْوِيلِهِ وَمَا يَعْلَمُ تَأْوِيلَهُ إِلاَّ اللّهُ وَالرَّاسِخُونَ فِي الْعِلْمِ يَقُولُونَ آمَنَّا بِهِ كُلٌّ مِّنْ عِندِ رَبِّنَا وَمَا يَذَّكَّرُ إِلاَّ أُوْلُواْ الألْبَابِ﴾آل عمران7

About

Here you can share some biographical information next to your profile photo. Let your readers know your interests and accomplishments.